Atau jangan2 gue yang sarkastis lagi ? kalau ternyata mereka emang gak punya teori Matematika khusus apa2 ? kalau ternyata memang hanya karena mereka yang terlalu bodoh dalam matematika sederhana semacam berhitung 2001 + 15 = 2016 bukannya 2001 + 15 = 2006. Hmmmm jangan2 iya ya mereka bener2 ngeblank dalam matematika, anak tetangga yg SD kelas 6 aja ketawa ngakak guling-guling pas gue tanya : "bisa gak 2001 ditambah 15 jadi 2006 ?". Kalo emang bener hakim2 disini ternyata (maaf) dongok2 untuk matematika mudah semacam itu maka perlu dipertimbangkan lagi apa masih perlu fakultas hukum disini ? Bukannya mendingan bikin fakultas matematika aja untuk yang mau masuk fakultas hukum ? biar hakim2 dan jaksa2 kita nanti bisa bermatematika secara lebih baik dan benar, minimal untuk hitungan2 standard seperti diatas tadi. Gak perlu latian berat2 ngerjain LKS atau soal2 kok untuk bisa bikin hakim2 dan jaksa2 tadi bisa pintar matematika, cukup ditulis dijidad mereka jelas-jelas dengan spidol merah setiap hari :
Jumat, Agustus 28, 2009
matematika bin ajaib calon pemimpin negriku....
Selasa, Agustus 18, 2009
Malu kalo gak mau ngaku orang Indonesia
Kalo gue jadi Presiden gue bakal bikin jabatan baru setingkat mentri : Mentri Propaganda. Siapa bilang propaganda jelek ? kalo propaganda jelek, Jospeh Goebbles gak akan bisa bikin semua rakyat Jerman pede jaya bakal bisa ngebalikin Theird Rich meski dengan kekuatan yang udah disunat gara2 kalah di PD I. Mentri propaganda tadi bakal gue suruh bikin program seperti si Goebbles supaya setiap anak muda Indonesia dadanya selalu sesak meledak. Jangan nyepelin rasa bangga, meski berbau riya belagu tapi rasa bangga bisa jadi trigger kalo bener ngarahinnya. Seperti anak2 muda Jepang yang dikirim ke Rusia, UK dan US pasa masa2 restorasi Meiji, seperti anak2 India yang narsis abis paling jago IT.
penting gak penting
Lucu, kalo ngeliat kondisi jalanan di
Selingkuh....
1. Jangan pernah kenalan pake nama asli. Bikin nama rekaan yang masuk akal. Kata masuk akal disini penting-penting enggak sih sebenernya. Maksud gue jangan pilih nama samaran yang mencolok oonnya. Cewek manapun akan curiga kalo pas kenalan lo pake nama “Hai nama gue Paijo, Tukino, Wagino, Obama, Panglima Besar Sudirman, Clark
2. Segera bilang “Saya gak punya, apaan sih tuh ?!” ketika ditanya apakah ada account friendster atau facebook. Asli, software pertemanan semacam ini berbahaya sekali bukan hanya karena ada isian status disitu tapi fasilitas connection through bener-bener bisa bikin mati kartu kita dengan “lho lo kenal X juga ? lho kok bisa kenal Y sih ? kenapa lo bisa deket sama Z ya ? akrab bener sih kalian kalau dilihat testimony-testimoninya”. Ingat hal ini penting sekali, ngaku aja gak punya friendster atau facebook meskipun hal itu akan membuat image lo kampungan gak eksis dan sangat gak kekinian. Toh save play masih jauh lebih penting daripada merusak semuanya, isn’t it ?
3. Carilah tempat kencan yang gak umum. Jauhi tempat-tempat eksis pasaran semacam Kemang, Senayan dan kawan-kawan. Weits, tempat gak umum bukan selalu berarti gak ok lho. Prinsipnya begini, ada dua pendekatan : tempat ok tapi jauh atau tempat yang deket tapi garing. Misal di BSD Junction, jauh gila tapi masih lumayan dan yang pasti sepi abis atau pendekatan kedua di
4. Berikut ini trik yang mahal dan paling nyusahin: Jangan pake kendaraan pribadi. Cobalah kendaraan umum, taxi kalau lo ada duit lebih atau justru malah pinjeman. Kendaraan bermotor pribadi lengkap dengan identitas nomor polisi yang unik sangat mungkin bisa menjadi masalah di kemudian hari. Tau-tau aja kaca mobil lo remuk, ban kempes, atau gak minimal ada baret gambar pemandangan (gunung dua, matahari di tengah, jalan membelah di tengah, kiri kanan ada sawah, gubuk dan satu pohon kelapa di pojok yang dibuat pake goresan paku di body mobil oleh korban-korban yang gak terima atas kebangsatan dan kejahatan lo.
5. Berterimakasihlah atas makin ketatnya kompetisi operator seluler yang membuat banyaknya pilihan SIM card saat ini, dan murah. Karena itu jangan ragu-ragu untuk pake banyak nomer, murah ini kok gak kayak jaman dulu beli kartu perdana yang bisa sejutaan. Hape-hape juga udah banyak yang murahan juga. Intinya sama kayak tips-tips sebelumnya, hindari sebisa mungkin memakai identitas asli. Kalau pun gak bisa beli hape khusus, kasih nama undercover cowok di phone book. Tapi namanya jangan sampe ketuker-tuker, buatlah sebuah pattern atau formula. Misal ditambahi no di belakangnya: Wati jadi Wationo, Rika jadi Riko, Rini jadi Rinto (semua nama adalah rekaan kalau ada kesamaan tokoh dan nama itu hanyalah kebetulan belaka).
6. Being smart dong. Dunia gak selebar kolor ucok baba, man. Karena itu pilihlah calon korban selingkuh yang gak satu komunitas sama pacar resmi lo, ya gak satu kampus, ya gak satu sekolah, ya gak satu les-lesan, apalagi satu gang sepermainan. Cuman lelaki bodoh yang selingkuh sama cewek yang satu kelas sama pacarnya, ok kecuali kalau selingkuhan lo itu adalah tipikal nakal yang suka tantangan dan intrik penuh permainan. Tapi jangan deh, cewek itu makhluk aneh dan mereka suka gak penting. Lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Lagian selama masih banyak pilihan alangkah baiknya kalau lo memperluas jangkauan dan jaringan daripada mentok di situ-situ aja.
7. Jangan ada cinta antara lo ma die. Kalo dia dah menunjukkan tanda2 cinta segeralah putuskan hubungan perselingkuhan ini. Apalagi kalo sampe lo yang naga2nya mulai ada cinta. Kalo lo tipe yang gampang jatuh cinta kalo selingkuh, mending lo kawin cerai aja daripada maen selingkuh2...Sekali lo terlambat buat ninggalin dia karena cinta, siap2 aja dia bakal nempel kaya 'ingus' di tangan...dikebas-kebas kaga mau lepas...
8. Jangan mengobral harapan, karena ini nanti bisa ditagih ke lo dimasa depan. Apalagi kalo selingkuhan lo tipikal muka cantik / ganteng tapi IQ jongkok. Lo bisa dikejar-kejar terus dengan janji2 mo ngawini, mo beliin ini itu and lain2.
9. Yang terakhir, jangan sampai lo ke tahap meet the parents. Wuidih ini adalah big no no, bukan hanya membuat lo merasa bersalah pas mau ninggalin tapi doa orang tua atas anaknya yang udah jadi korban dan teraniaya sangatlah manjur adanya. Bisa susah hiduplah disumpahin –anggap saja- puluhan orang. Gunakan berbagai alasan ngeles yang sopan, being green behavior dan canggih. Misal cukup sampai gang depan bilang aja susah untuk muter balik nantinya atau bilang aja ada banjir lokal di kompleks gak mungkin bisa jemput ke rumah jadi ketemuan aja somewhere atau bilang aja untuk meminimalisasi polusi yang dilepas ke udara akibat pembakaran bensin yang tidak sempurna bisa meningkatkan emisi karbon di udara yang dapat melubangi ozon. Contoh terakhir bukan hanya bisa jadi alasan tapi juga sekaligus membuat lo tampak seperti pejuang-pejuang lingkungan ala artis-artis di Infotainment lately. Antara bijaksana dan dogol.
10. Ini yang paling penting. Banyak-banyaklah berdoa semoga selingkuh lo berjalan lancar dan lo akan baik-baik saja. Terlebih dahulu biar tenang, buat sebuah mindset kalau selingkuh itu sama sekali gak dosa jadi lo akan tampak wajar pada prakteknya (selingkuh sambil grepe-grepe dan meraba-raba itu baru dosa besar).
Rabu, Agustus 12, 2009
The Holocaust Industry
oleh: Norman G. Finkelstein
Harga normal : Rp 60.000
Penerbit : Ufuk Press
ISBN : 979-333-01-20
Terbit : Agustus 2006
Sampul : Soft Cover
Dimensi : 13,5 x 20,5 cm
Tebal : 333 halaman
Mengungkap Penipuan dan Pemerasan Bangsa Yahudi
Pengantar : Hidayat Nur Wahid, Ketua MPR RI
“…serangannya yang berani atas pemerasan keuangan yang dilakukan kelompok-kelompok seperti WJC (World Jewish Congress [Kongres Yahudi se-Dunia]) merupakan hal yang amat penting dan diharapkan dapat membuahkan hasil. Nadanya yang sumbang, yang menuai kritik pedas dari lawan-lawannya, mengejutkan saya karena memang begitu mengena, apalagi ia juga menyertakan sumber-sumber terpercaya atas klaim-klaimnya.”
—Profesor William Rubenstein, University of Wales
“Jaringan penipuan ini perlu dibongkar, dan Finkelstein yakin kalau dialah yang harus tuduhannya itu terbukti benar, haruslah ada tuntutan, pemberangusan, dan protes atas mereka. Buku ini meneriakkan skandal. Ini adalah sebuah polemik yang disuarakan dengan keras.”
—The Times
“Buku paling laris dan heboh sepanjang tahun ini.”
—The Guardian
“…Finkelstein telah memunculkan beberapa masalah penting yang membuat gelisah…contoh-contoh yang diutarakannya…bisa jadi menyesakkan di tengah kemarahan dan ironi mereka.”
—Jewish Quarterly
“…sebuah polemik singkat yang tajam dan amat sering mendapat perhatian.”
—Times Higher Educational Supplement
“Finkelstein memang jagonya mengubah pikiran mereka yang berniat menyakralkan tragedi Holocaust.”
—Los Angeles Times Book Review
“…argumen dasarnya bahwa memori atas tragedi Holocaust tengah dilecehkan benar-benar serius dan selayaknya mendapat perhatian.”
—The Economist
“Finkelstein telah berani mengangkat beberapa masalah yang penting dan riskan.”
—The Jewish Quarterly
Buku ini mengulas fakta dengan statistika dan bukti betulkah enam juta orang Yahudi dibantai di Eropa pada masa holocaust oleh Nazi, salah satu hal yang diungkap jika kamp Auschwitz yang terkenal buruk hanya mempunyai 11.000 orang yang dievakuasi Jerman saat penyerbuan Rusia, maka Jerman harus mempunyai kamp berjumlah ratusan untuk membantai 137 orang perjam sehingga hasilnya enam juta jiwa. Fakta lainnya Charles A Lindbergh mengunjungi salah satu kamp dan diketahui disana 25.000 orang mati dalam 1,5 tahun, maka seratus kamp pun jumlahnya tidak menjadi enam juta jiwa. Fakta kedua, jika di seluruh dunia jumlah mereka sekarang sekitar dua puluh juta jiwa, bagaimana mungkin di Eropa saja enam puluhan tahun yang lalu jumlahnya mencapai enam juta, jiwa belum termasuk yang selamat. Saya yakin pembaca resensi inipun mulai berpikir tentang kebenaran saat baru mulai membaca tulisan di atas.
Setelah pembebasan maka pemerintahan Jerman memberikan kompensasi buat Yahudi yang selamat dari pembantaian, banyak Yahudi yang mengaku sebagai orang yang selamat dari pembantaian karena berharap mendapat kompensasi itu, jika begitu banyak orang Yahudi yang mengaku selamat, jadi siapa yang dibunuh Nazi?
Korban dan kehancuran di perang Vietnam karena penyerbuan Amerika jauh lebih banyak daripada pembantaian Yahudi tetapi bagaimana sikap dan reaksi Amerika?
Bagaimana dengan film Schlinder’s List (salah satu film favorit saya), buku inipun membahas dan mengungkap fakta dan kepalsuan dari film itu. Iya kah?
Perbandingan antara korban rakyat sipil Yahudi dengan orang Rusia lebih banyak yang menjadi korban orang Rusia daripada orang Yahudi, tetapi sepertinya memang karena adanya kepentingan politik Amerika yang lebih mengekspos penderitaan Yahudi dibandingkan dengan Rusia yang jelas menjadi lawan politiknya. Hal-hal seperti ini hampir tidak pernah kita pikir sebelumnya.
The Holocaust Industry adalah sebuah buku yang ditulis oleh Norman Finkelstein. Dia dosen di salah satu universitas di Amerika. Buku ini inspiring banget dan bener2 membuatku memiliki pemahaman baru mengenai holocaust.
Norman, seorang berdarah Yahudi yang orangtuanya pernah mengalami pahitnya hidup dalam ghetto dan kamp konsentrasi, menuduh secara terang-terangan bahwa segelintir elit dan organisasi Yahudi telah mengeksploitasi kejadian pada masa pemerintahan Hitler untuk memeras beberapa negara. Ia menuduh para elit tersebut telah memperkaya diri dengan berlindung di balik satu kata: Holocaust. Dan tidak tanggung-tanggung salah satu orang yang jadi sasaran tembak utamanya adalah penerima Nobel Perdamaian tahun 1986: Elie Wiesel. Bagiku apa yang dilakukannya itu sangat luar biasa. Sangat jelas bahwa dia bukanlah orang yang berprinsip 'right or wrong is my country' tapi 'right is right and wrong is wrong'.
Anyway, buku itu menjelaskan bagaimana istilah 'Holocaust' telah digunakan untuk memberikan imej bahwa orang Yahudi itu berbeda dengan orang biasa, mereka lebih baik, karena itu pembantaian oleh Nazi kepada mereka tidak bisa disamakan dengan pembantaian terhadap orang2 lain. bagi mereka pembantaian oleh Nazi itu unik, yaitu pembantaian yang dilatarbelakangi kebencian yang paripurna terhadap orang Yahudi. Mereka menolak istilah genosida, karena bagi mereka istilah itu membuat orang yahudi tidak ada bedanya dengan orang lain. Norman memaparkan kekacauan logika yang muncul dari konsep tersebut. Tapi elit-elit Yahudi tidak ada yang peduli. Menurut Norman adalah suatu watak khas dari elit Yahudi yang jahat bahwa ketika ide mereka dipatahkan, mereka bukannya mengakui kesalahannya, tetapi malah membuat argumen baru lagi. intinya mereka selalu merasa yang paling benar. Hmm....pantes saja mereka dibenci.
Norman juga memaparkan bagaimana para elit Yahudi memproduksi dan mengekspor kebohongan demi kebohongan. Berbagai cerita tentang jumlah orang yahudi yang meninggal pada masa Nazi dan jumlah mereka yang selamat dari Nazi penuh dengan kebohongan. Dan Norman menguraikan bagaimana kebohongan itu dimanfaatkan untuk tujuan pemerasan. Canggihnya, elit Yahudi itu ternyata setali tiga uang dengan elit2 di pemerintahan Amerika. Karena itu tekanan yang mereka lancarkan bisa efektif. Coba bayangkan saja, banyak bukti yang menunjukkan bahwa Amerika juga memetik keuntungan dari harta orang Yahudi yang lari dari Jerman pada masa Nazi. Tetapi mengapa yang dihajar hanya Swiss, Jerman, dan negara Eropa lain.
Sebenarnya aku ingin sekali menumpahkan semua isi buku itu disini. Tapi nanti jadi enggak enak bacanya. Saranku baca deh buku itu. sangat bermanfaat kok. Dan ingatlah mulai saat ini jangan lagi sebut pembantaian Nazi itu Holocaust, tapi sebut saja: Genosida. Supaya propaganda elit Yahudi itu gagal dan hancur bersama dengan kesombongan dan kerakusannya.