Kamis, September 25, 2008

belajar berpendapat



banyak orang sering ngebahas tentang takdir, hampir di semua blog yg pernah gw baca ada selalu membahas tentang takdir. dari yang cuman 1 paragraf, sampe yang ber-paragraf2. termasuk gw sekarang pun latah ikut2an bikin tulisan tentang takdir...but not like all those writing, saya gak akan bahas tentang takdir itu sendiri karena sepertinya hal itu terlalu jauh dari pemahaman saya yang masih sederhana ini. saya hanya akan bahas tentang kecenderungan orang2 yang menuliskan tentang takdir dalam opininya masing2.

Semua sepertinya sudah tahu, kenal, akrab dan mungkin sangat paham dengan takdir. dan mungkin dia adalah sesuatu yang sangat berkesan bagi setiap orang. mungkin lebih tepatnya bukan berkesan tapi membangkitkan rasa penasaran dari setiap insan yang bersentuhan dengannya, langsung maupun tidak langsung, sederhana maupun complicated. Banyak yang mampu menjelaskan takdir dalam satu kalimat atau satu paragraf, tapi banyak pula yang sampai harus menghabiskan banyak paragraf untuk bisa mendeskripsikan tentang takdir.

why..? saya pun tidak tahu jawabannya. saya hanya melihat bahwa kecendrungan setiap insan tersebut dalam memberikan penjelasan atau mendeskripsikan tentang takdir semua dimulai dari sebuah proses kontemplasi yang dalam, sebuah proses mencari akan siapa sebenarnya saya ini, dan pertanyaan2 eksistensi diri lainnya. yang pada akhirnya menyentuh ranah takdir, ranah tak terjelaskan yang selama ini sudah [jika dapat dibilang] terdoktrinasikan dalam2 dalam relung2 pemikiran kita adalah wilayah Yang Maha Kuasa.

Namun hal itu semakin menimbulkan semangat keingin tahuan insan untuk dapat menjelaskan ranah yang tak terjelaskan itu. Ego memaksa insan untuk dapat menembus batas, untuk dapat memberikan penjelasan logis dan ilmiah [jika memungkinkan]. Logika terseret dalam permainan Ego, dalam usahanya membuka tabir misteri yang begitu kuat menggoda insan untuk dapat membuka dan memahaminya. Segala hal ditempuh, segala sisi dicoba, segala dalil dinyatakan, segala pembenaran diungkapkan, hingga terkadang logika terjerumus dalam pemahaman sebagai sebuah Tuhan bagi insan.

Sehingga sebanyak apapun tulisan tentang takdir dipaparkan, sebanyak apapun pemahaman tentang takdir diajarkan, sebanyak apapun bentuk takdir diungkapkan, insan akan tetap merasa kurang puas dan tetap dahaga akan penjelasan sempurna dan tak terbantahkan tentang takdir. karena setiap insan yang mempertanyakan tentang takdir cenderung tertutup matanya, cenderung membandingkan, cenderung menuhankan logikanya, cenderung meng-Egokan dirinya sehingga dari sekian banyaknya persamaan, kemiripan, esensi dari takdir yang hadir dalam berbagai macam bentuk penjelasan yang dikemukakan baik itu hanya 1 paragraf maupun ber-paragraf2 panjangnya tidak akan pernah memuaskan dahaga mereka akan tentang pemahan tentang takdir itu sendiri...dan akan tetap menjebak mereka dalam lingkaran keingin tahuan yang tak pernah bertepi...

Salam,

Tidak ada komentar: